MENGEMBANGKAN
INSTRUMEN
A.
PROSES PENGEMBANGAN INSTRUMEN
Tahapan proses
pengembangan instrumen, yaitu :
1.
Pendifinisian
alat ukur
Dalam
pendifinisian alat ukur, pengembang instrumen hendaknya merumuskan tujuan
dibuatnya alat ukur (eksploratif, konseling, diagnostik, atau ingin meminta
respon terhadap sesuatu. Dalam tahap ini perlu juga dikenali ranah apa yang
akan diukur, dasar konseptual teoritis yang digunakan, dan subjek yang akan
dikenai intrumen.
2.
Memilih
Model Skala Yang Akan Digunakan
Pemilihan
model skala tertentu akan dengan sendirinya mempengaruhi model
pertanyaan/pertanyaan yang akan disusun.
3.
MenuliskanPernyataan/Pertayaan
Biasanya
dalam menuliskan butir pernyataan seseorang seorang pengembang instrumen akan
membuat kisi-kisi instrumen terlebih dahulu (gregory menyebutnya dengan istilah
table of specifications). Adanya kisi-kisi instrumen ini akan menjamin
pengembang instrumen dalam menuliskan pernyataan yang diinginkan sesuai dengan
teori yang diacunya.
4.
Uji
Coba Instrumen
Suryabrata
(1999) menyarankan bahwa dalam pelaksanan uji coba ini, ada dua hal yang harus
diperhatikan. Pertama, subjek yang akan diberi perlakuan (instrumen) saat uji
coba harus dapat mewakili subjek sebenarnya akan dikenai intrumen tersebut. Kedua, soal yang diuji cobakan
juga harus memiliki representasi terhadap objek yang diukur
5.
Analisi
Butir Soal
Analisis
bertujuan untuk memperoleh butir soal yang baik, yang dapat digunakan untuk
mengukur atribut yang dimiliki subjek yang akan dikenai instrumen ini.
6.
Revisi
Butir Pernyataan
Kegiatan
revisi ini memungkinkan peneliti untuk melakukan uji coba instrumen kedua seandainhya ditemukan banyak kelemahan dalam
instrumen tersebut .
7.
Pemberian
Norma
8.
Pemberian
Skor
9.
Standarisasi
Instrumen
10. Publikasi Instrumen
B.
ADAPTASI INSTRUMEN DARI LUAR
NEGERI
Penelitian
dengan menggunakan latar budaya yang berbeda tentunya memerlukan kehati-hatian
agar tidak terjadi pemaknaan hasil yang keliru. Hal ini dikarenakan satu konsep
variabel tertentu dinegara tertentu akan memiliki makna berbeda dengan di
negara lainnya. Pada akhirnya instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
dengan latar budaya yang berbeda harus memiliki hal yang oleh Mastumoto (1996)
disebutnya dengan istilah equivalence (kesetaraan) dalam hal Translasi, Konsep, dan ukuran (metrik).
Daftar Pustaka:
Idrus, Muhammad, (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar