SUBJEK
PENELITIAN
A. PENGERTIAN
SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian menurut Amirin
(1986) merupakan seseorang atau sesuatu mengenai yang mengenainya ingin
diperoleh keterangan. Menurut Suharsimi
Arikonto (1989) memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang
tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Dalam
sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena
pada subjek penelitian, itulah data tentang variabel yang penelitian akan
amati. Kesimpulan dari kedua penngertian
diatas Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organismeyang dijadikan
sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.
Pada penelitian kualitatif,
responden atu subjek penelitian disebut dengan istilah informan, yaitu orang
memberi informasi tentang data yang diinginkan peneliti baerkaitan dengan
penelitian yang sedang dilaksanakannya. atau dapat pula disebut sebagai subjek
penelitian atau responden (kuantitatif).
B. PENENTUAN
SUBJEK PENELITIAN
Dalam penelitian kualitatif,
pemilihan subjek penelitian dapat menggunakan criterion-based selection (Muhajir, 1993), yang didasarkan pada
asumsibahwa subjek tersebut sebagai aktor dalam tema penelitian yang diajukan.
Selain itu dalam penentuan informan, dapat digunakan model snow ball sampling. Metode ini digunakan untuk memperluas subjek
penelitian. Hal lain yang harus diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif,
kuantitas subjek bukanlah hal utama sehingga pemilihan informan lebih didasari
pada kualitas informasi yang terkait dengan tema penelitian yang diajukan.
Berbeda dengan penelitian
kuantitaif pada kegiatan pengumpulan
data mutlak dilakukan terlebih dahulu dibandingkan kegiatan analisis data,
sedangkan dalam desain kuantitatif, kedua kegiatan ini bisa saling mengisidan
sejalan, meski juga dapat dilakukan secara terpisah. Dalam penelitian
kuantitatif , penentuan memang sudah sejak awal dilakukan sejak awal, yaitu
saat peneliti mulai membuat rancangan penelitian (proposal penelitian). Dalam
proses dilapangan, untuk menentukan siapa yang akan dikenai perlakuan (treatment), akan digunakan teknik
sampling yang sesuai dengan kondisi subjek dan lebih penting lagi dapat menjadi
wakil populasi yang akan digeneralisasikan.
C. POPULASI DAN SAMPEL
Penentuan subjek penelitian dapat
dilakukan dengan cara populasi atau sampel. Cara populasi dilakukan apabila
pengambilan subjek penelitian meliputi keseluruhan populasi yang ada. Sementara
itu, cara sampel adalah pengambilan subjek penelitian dengan cara menggunakan
sebagian dari populasi yang ada.
Penelitian kulitatif, biasanya
tidak pernah menggunakan sampel (cuplikan) sebagai subjek penelitiannya karena
dalam penelitian kualitatif, jumlah subjek yang menjadi informannya biasanya
relatif lebih sedikit dibangdingkan dengan penelitian kuatitatif. Meski
demikian, untuk menetukan informan ini, si penelliti kualitatif harus memiliki
kriteria terrtentu yang dapat memperkuat alasan pemilihan seseorang untuk
menjadi subjek penelitiannya. Inilah mengapa dalam penelitian kualitatif kerap
mempergunakan tteknik purposive
sebagai cara untuk menentukan subjek penelitiannya.
D. UKURAN
SAMPEL PENELITIAN
Sebelum menentukan sampel
penelitian, terlebih dahulu harus diketahui ciri-ciri atau karakteristik
populasi penelitian itu sendiri. Tentu semakin banyak karakteristik yang ada
pada populasi penelitian, maka semakin terfokus subjeknya dan sampel yang akan
diambil akan semakin banyak untuk dapat mewakili karakteristik yang banyak
tersebut. Begitu sebaliknya. Misalnya, untuk identifikasi yang dapat dilakukan
peneliti, peneliti menemukan beberapa ciri dari poppulasinya, seperti adanya
perjenjangan (pangkat), karakteristik jenis kelamin, bidang pekerjaan, asal
pendidikan, asal tempat tinggal, dan pengalaman pekerjaan. Banyaknya kelompok
sebagai sebuah populasi harus dapat terwakili oleh sampel yang akan diambil
sehingga jumlah sampel harus bangyak untuk mewakili kelompok tersebut.
Bandingkan jika kita ingin mengambil sampel darah, sampelnya tidak perlu banyak
karena adanya tingkat homogenitas yang tinggi dengan karakteristik yang
sedikit.
Hal ini berkebalikan dengan
karakteristik yang melekat pada subjek yang ditetappkan peneliti, yaitu
kriteria subjek. Maksudnya peniti sejak awal telah menentukan beberapa kriteria
tentang subjek. Adanya kriteria ini akan menjadi unit analisis semakin kecil
dan terfokus sehingga akan menyebabkan jumlah sampel yang akan diambil juga
dapat semakin sedikit.
Beberapa hal yang harus dijadikan
pertimbangan sebelum peneliti menetukan besarnya sampel yaitu :
1.
Unit Analisis
Merupakan satuan subjek yang akan
dijadikan populasi penelitian atau yang akan dianalisis. Misalnya siswa,
sekolah, guru atau karyawan, tergantung kepada siapa data tersebut akan
diambil. Semakin banyak atau semakin besar unit analisis, maka akan semakin
banyak pula subjek yang harus dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.
Peneliti seharusnya dapat mengenali secara cermata mengenai apa atau siapa yang
menjadi unit analisisnya sehingga peneliti akan dapat secra tepat menentukan
jumlah sampel yang harus diambilnya.
2.
Pendekatan atau Model Penelitian
Untuk menentukan apakah subjek
penelitiannya dengan skala populasi atau sampel, harus dilihat jumlah populasi
yang ada, serta jenis penelitian yang digunakan. Seandainya jumlah individu
kurang dari seratus, biasanya dilakukan penelitian populasi. Selain pada
banyaknya subjek, penentuan jumlah subjek dalam penelitian juga mempertimbangkan
pendejatan atau model penelitian.
Pada penelitian kuantitatif,
jumlah subjek akan mempengaruhi penarikan simpulan. Konsep tersebut pada
akhirnya juga menjadi pertimbangan dalam penentuan jumklah subjek. Artinya
dalam penelitian kuantitatif jumlah subjek yang ditelitinya jelas akan banyak.
Dengan begitu, berbeda pendekatan penelitian akan dengan sendirinya
mempengaruhi banyaknya subjek yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian.
3. Banyanknya
Karakteristik Khusus (Ciri Utama) Populasi
Semakin banyak karakteristik yang
ada pada populasi, maka akan semakin
banyak pula subjek yang dibutuhkan sebagai sampel penelitian. Hal ini karena
semakin banyak ciri khusus populasi menandakan semakin heterrogennya suatu populasi
tersebut. Jika semakin heterogewn, sudah tentu semakin banyak subjek yang akan
diguunakan sebagai sampel agar terpenuhi
kriteria representatif. Terkait dengan sisi homogen dan heterogenitas ini,
dalam penelitian kuantitaif akan diuji
homogenitas yang dimaksudkan untuk mengetahui homogen atau tidaknya subjek. Uji
homogenitas ini penting mengingat ada beberapa tekhnik analisis statistik yang mempersyaratkan data
yang diperoleh harus homogen.
4. Keterbatasan
Peneliti
Untuk menentukan berapa banyak
sampel yang harus diambil, hendaknya pula diperhatikan keterbatasan yang
dimiliki oleh peneliti. Banyaknya keterbatasan ini harus dijadikan sebagai
bahan pertimbangan untuk menentukan jumlah sampel yang harus diambil. Jika peneliti
mengalami keterbatasan dalam hal waktu, dana, serta tenaga, sebaiknya jumlah
sampel yang diambil tidak terlalu banyak, tetapi juga jangan terlalu sedikit
(moderat). Hanya saja perlu juga dipahami bahwa keterbatasan ini tidak serta
merta dijadikan sebagai alasan untuk mengambil sampel dalam jumlah sedikit.
5. Teknik
Sampling
Penentuan sampel populasi
penelitian tidak dapat begitu saja dilakukan. Peneliti harus melalui prosedur
penentuan sampel dengan menggunakan teknik-teknik sampel tertentu. Beberapa teknik
sampling adalah sebagai berikut :
a.
Cluster
Sampling (Sampling Kelompok)
Teknik ini digunakan apabila di
dalam populasi terdapat kelompok-kelompok yang mempunyai ciri-ciri sendiri.
Ciri-ciri tersebut dapat berupa pekerjaan subjek, jenis kelamin, kelompok
sosial, yang tidak ada menunjukan adanya tingkatan antar kelompok. Seperti
kelompok PNS, kelompok petani sebagai kelompok khusus pekerjaan.
b.
Stratified
Sampling
Merupakan sampling berstrata atau
bertingkat biasanya digunakan apabila terdapat kelompok-kelompok subjek, yang
diantara kelompok satu dengan kelompok lainnya, ada tingkatan yang membedakan.
Misal siswa kelas I, II, ataupun III.
c.
Purposive
Sampling
Teknik sampling yang digunakan
peneliti jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan
sampelnya. Misal, seorang peneliti ingin meneliti ada tidaknya perbedaan
motivasi antara siswa dari etnis Jawa dan Cina. Mengingat subjeknya telah
ditentukan sejak awal, peneliti hanya akan menjadikan siswa yang berasal dari
dua etnis tersebut sebagai subjek penelitiannya. Siswa dengan etnis berbeda,
meskipun dalam satu unit analisis (sekolah), tidak dapat dijadikan sebagai
subjek penelitian.
d.
Area
Sampling
Jika sampel diambil dengan
mempertimbangkan wilayah-wilayah tertentu, teknik area sampling (sampling
daerah atau wilayah) merupakn teknik yang tepat untuyk digunakan. Teknik ini
memungkinkan peneliti untuk mengambil anggota sampel dengan memprtimbangkan
wakil-wakil dari daerah geografis yang ada, misalnya, Kabupaten Sleman 20
orang, Kabupaten Gunumg Kidul 15, dan seterusnya.
e.
Double
Sampling
Double Sampling (sampling
kembar), yaitu sebuah tenik samplingyang mengharuskan peneliti mangambil sampel
sejumlah dua kali ukuran sampel yang ditentukan, misalnya yang ditentukan 50
orang, peneliti mengambil 100 orang. pengambilan ini dimaksudkan untuk
berjaga-jaga seandainya salah satu kelompok mengalami kekurangan.
f.
Quota
Sampling
Teknik ini digunakan jika
peneliti terlebih dahulu menetukan berapa banyak jumlah subjek yang diinginkan
untuk diambil dalam penelitiannya. Penentuan jumlah subjek ini lebih
dikarenakan peneliti banyak mengalami keterbatasan sehingga yang bersangkutan
menetukan sejumlah subjek untuk dijadikan responden dalam penelitiannya.
g.
Incidental
Sampling
Ini terjadi karena terkadang
peneliti pemula merasa kebingungan untuk menetukan siapa yang sebaiknya
dijadikan subjek dalam penelitiannya, sehingga setelah berhasil
mengidentifikasi unit analisisnya, peneliti langsung memberikan
skala/instrument/angket kepada subjek yang berada di unit analisisnya, tanpa
terlebih dahulu mmengetahui secra pasti kondisi subjek tersebut. Kelemahan
teknik ini adalah belum tentu mereka yang berada di unit analisis tersebut
sebab mungkin saja subjek yang berda di unit analisis tersebut adalah orang
yang hanya sekedar lewat saja.
h.
Proportional
Sampling
Proportional Sampling (sampel
seimbang), yaitu teknik pengambilan sampel dengan berdasarkan pertimbangan
jumlah masing-masing kelompok subjek. Biasanya teknik ini dikombinasikan dengan
teknik lain, yang berhubungan dengan populasi yang tidak homogen dan tidak sama
jumlahnya.
i.
Random
Sampling
Random sapling (sampling
acak/rambang) digunakan oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen
(mengandung satu ciri) Sehingga sampel dapat diambil secara acak. Dalam random
sampling, setiap subjek mempunai peluang yang sama untuk dijadikan sampel
penelitian. Teknik sampling secra acak dapat dilakukan dengan cara berikut.
1. Sampling
acak sederhana (simple random sampling),
yaitu penetuan sampel dengan cara melakukian
undian terhadap populasi.
2. Sampling
acak beraturan, yaitu dalam hal ini peneliti mengambil sampel dari nomor-nomor
subjek dengan jarak yang sama yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Sampel
acak dengan bilangan random. Dalam hal ini peneliti menentukan sampel
berdasarkan pada bilanganrandom.
j.
Snow
Ball Sampling
Yaitu dari jumlah subjek yang
sedikit, semakin lama berkembang semakin banyak. Dengan teknik ini, jumlah
informan yang akan menjadi subjeknya akan terus bertambah sesuai kebutuhan dan
terpenuhinya informasi.
k.
Multi
Stage Sampling
Teknik ini merupakan teknik
kombinasi beberapa teknik sampling yang ada. Dengan teknik ini, peneliti akan
lebih mudah memperoleh datadari subjek yang diingingkan. Kombinasi teknik
sampling ini juga terkait dengan kondisi populasinya, sehingga akan tepat untuk
menjaring subjek penelitian.
Daftar Pustaka:
Idrus, Muhammad, (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar